KOMPAS.com - Mungkin Anda tak kenal nama Park Jae-sang.
Namun, kalau disebut ”Gangnam Style” yang dinyanyikan oleh PSY
kemungkinan besar Anda tahu apa yang dimaksud. Video penyanyi rap Korea
Selatan itu telah ditonton lebih dari 229 juta kali di YouTube sejak
diunggah pertengahan Juli, dan angka itu terus naik.
Tak perlu
kemampuan berbahasa Korea untuk menikmati tarian gaya naik kuda PSY
dengan bagian refrain lagu yang mudah diingat, bahkan cenderung terus
terngiang-ngiang itu.
Namun, di balik lagu yang terdengar lucu dan konyol itu
ada narasi mengenai orang kaya baru di Korsel dan Gangnam, nama
distrik makmur tempat sebagian besar dari mereka tinggal. Gangnam
mungkin hanya sepotong kecil Seoul, tetapi kawasan itu menimbulkan
campuran hasrat, iri hati dan kepahitan.
Gangnam saat ini adalah alamat paling didambakan di Korea. Namun,
kurang dari dua generasi lalu kawasan itu hanya berisi rumah-rumah
telantar yang dikelilingi tanah pertanian datar dan parit-parit
drainase.
Distrik Gangnam, yang artinya ”sebelah selatan
sungai”, hanya dihuni sekitar 1 persen dari total penduduk Seoul,
tetapi hampir semuanya adalah orang kaya raya.
Apartemen di
Gangnam rata-rata berharga sekitar 716.000 dollar AS (Rp 6,8 miliar).
Dibutuhkan waktu sekitar 18 tahun bagi sebuah keluarga rata-rata di
Korsel untuk mengumpulkan uang sebanyak itu.
Selama ini pusat
kekuasaan pemerintah dan bisnis di Seoul terletak di sebelah utara
Sungai Han, di kawasan sekitar istana kerajaan. Di sanalah para orang
kaya lama tinggal.
Sejak 1970-an
Sementara Gangnam adalah tempat orang kaya baru, yakni orang-orang yang diuntungkan booming ekonomi yang dimulai pada era 1970-an.
Dengan
meroketnya harga apartemen pada awal 2000-an, para pemilik tanah dan
spekulan menjadi kaya raya dalam sekejap. Keluarga-keluarga kaya di
distrik itu semakin kaya.
Banyak orang Korsel merasa terganggu
karena warga Gangnam dianggap jadi kaya bukan karena mengikuti
nilai-nilai tradisional Korsel, yaitu kerja keras dan pengorbanan, tapi
sekadar beruntung karena tinggal di sepotong kawasan yang didambakan.
”Gangnam
menimbulkan rasa iri hati dan tidak suka. Warga Gangnam adalah kelas
atas Korsel, tapi orang Korsel menganggap mereka egois, tanpa rasa noblesse oblige,” kata Kim Zakka, kritikus musik pop di Seoul.
Dengan
gaya yang konyol, lagu PSY membicarakan hal-hal itu. PSY dianggap jauh
sekali dari gaya hidup Gangnam alias ”Gangnam Style”. ”Saya tidak
tampan, saya tidak tinggi, saya tidak kekar, saya tidak kurus,” kata PSY
baru-baru ini di acara TV AS, Today.
Lagu ”Gangnam Style”,
menurut kritikus musik Baak Eun-seok, menggambarkan hubungan ”benci tapi
rindu” masyarakat Korsel dengan Gangnam. Dengan gaya parodi dalam klip
video lagu tersebut, PSY menyindir berbagai gaya hidup warga Gangnam,
seperti tampil cantik atau tampan dengan operasi plastik, memakai
segala jenis barang mewah, dan langsing karena mampu membayar pelatih
yoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar