DENPASAR--MICOM: Direktur
Suryani Institute of Mental Health LK Suryani mengaku prihatin dengan
dunia pendidikan terutama pendidikan Taman Kanak-Kanak. Menurut Suryani,
dengan situasi pendidikan seperti saat ini, ada kecenderungan penderita
gangguan jiwa semakin muda.
"Ini karena anak-anak tidak siap menerima beban pelajaran di sekolah," kata Suryani, Senin (17/9).
Di samping tidak siap menerima beban pelajaran, imbuhnya,
anak-anak yang mengalami depresi tersebut tertekan akibat kerasnya
didikan orangtua yang menuntut anak untuk berprestasi, harus cepat bisa
membaca dan berhitung dan banyaknya pekerjaan rumah.
"Idealnya sampai umur 10 tahun anak-anak tidak dibebani oleh PR
dan anak-anak tersebut menuntaskan masa bermain dan mendengarkan cerita
baik dari orang tuanya dan gurunya di sekolah," tegas Suryani.
Suryani menambahkan, menurut penelitiannya, saat ini sudah ada
anak Sekolah Dasar yang mengalami gangguan jiwa. Salah satu penyebabnya
adalah para guru tidak memahami perkembangan mental anak, sedangkan para
guru juga tidak bisa bercerita kepada anak-anak.
"Ini juga terjadi di rumah tangga. Sang ayah dan ibu tidak bisa
bercerita kepada anaknya saat menjelang tidur, bahkan untuk makan
bersama saja saat ini sudah jarang dilakukan," ungkap Suryani.
Dia mengharapkan, baik di rumah atau di sekolah, anak-anak
sampai umur 10 tahun tidak dibebani pendidikan formal yang berat,
seperti mengerjakan PR dan ikut berbagai macam les.
Suryani menyebut saat bayi berada dalam kandungan sampai anak
berumur 10 tahun, dia akan merekam seluruh peristiwa dan saat beranjak
dewasa pengalaman-pengalaman masa kecilnya akan berpengaruh besar
terhadap kehidupannya.
"Bila masa kecil mengalami trauma, kekerasan fisik atau
pengalaman pahit hal itu secara tidak langsung akan mempengaruhi
kejiwaannya. Ini yang jarang kita perhatikan," tegas Suryani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar