Jakarta, detik.com Saat terserang bakteri atau virus, tubuh akan
mengeluarkan antibodi sebagai sistem pertahanan tubuh, meski masih bisa
kalah bila sistem kekebalan tubuh sedang rendah. Lalu bagaimana dengan
racun? Apakah antibodi tidak bekerja?
Dr. Ari Fahrial Syam,
SpPD-KGEH menjelaskan bahwa secara medis, definisi racun adalah bisa
atau protein dari hewan dan tumbuhan yang dapat langsung menyerang urat
saraf, pembuluh darah atau organ lain yang sifatnya berbahaya, bahkan
bisa melumpuhkan atau mematikan. Racun juga bisa berasal dari produk
bakteri.
Sedangkan bahan kimia, logam berat atau obat-obatan yang
berbahaya biasa digunakan sebagai 'racun' dalam kasus pembunuhan atau
bunuh diri dikenal dengan toksik.
"Tubuh sebenarnya memberikan
reaksi bila ada benda-benda asing yang masuk, termasuk racun atau
toksik. Tapi kalau jumlahnya berlebihan maka tubuh tidak bisa
mentolerirnya karena antibodinya kalah," jelas Dr. Ari Fahrial Syam,
SpPD-KGEH, Ketua Bidang Advokasi Pengurus Besar Perhimpunan Dokter
Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PB PAPDI) saat dihubungi detikHealth, seperti ditulis Rabu (12/9/2012).
Dr
Ari menuturkan, pada air minum pun terkadang terkandung logam berat
yang bersifat toksik. Bila jumlahnya tidak melebihi ambang batas maka
tubuh tidak akan merasakan efek berarti karena sistem kekebalan tubuh
masih bisa mentolerirnya.
Sedangkan bila racun atau toksik masuk
ke dalam tubuh secara disengaja, seperti pada kasus pembunuhan atau
bunuh diri, biasanya kadar yang digunakan cukup banyak yang tidak bisa
ditolerir oleh tubuh.
Itulah sebabnya ada yang menganggap tubuh tidak bisa mengeluarkan antibodi saat keracunan.
"Orang
yang daya tahan tubuhnya kuat, bila kemasukan benda asing entah itu
virus, bakteri, racun atau toksik, maka efeknya tidak separah orang yang
daya tahannya rendah. Sistem pemulihannya juga akan lebih cepat. Jadi
intinya adalah dengan hidup sehat, makan teratur, tidur cukup, olahraga,
tidak merokok, perbanyak sayur dan buah," tandas Dr Ari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar