Senin, 17 September 2012

Menanti Hasil Fed, Saham Asia Tergerus


VIVAnews - Tidak hanya di bursa Amerika Serikat, perhatian investor di Asia juga tersedot oleh hasil pertemuan Federal Reserve, Kamis ini. Situasi itu mendorong sejumlah saham di bursa Tokyo melemah.

Pada awal transaksi hari ini, Kamis 13 September 2012, indeks Nikkei 225 sedikit merosot, karena investor menunggu kebijakan bank sentral AS itu. Pelaku pasar berspekulasi mengenai kemungkinan The Fed akan memberikan stimulus lanjutan.

Seperti dikutip Reuters, aksi ambil untung diperkirakan bisa menjadi pertimbangan investor, setelah kenaikan saham cukup tinggi dalam dua pekan terakhir. Indeks Nikkei tercatat turun 0,2 persen menjadi 8.943,72 pada awal perdagangan pagi. Sementara itu, indeks Topix juga terkoreksi 0,2 persen menjadi 740,51.
Selain di bursa Jepang, indeks Hang Seng di bursa Hong Kong juga masih bergerak negatif pagi ini. Hang Seng melemah 14,9 poin (0,07 persen) menjadi 20.060,49, sedangkan Straits Times di bursa Singapura turun 15,47 poin (0,51 persen) ke posisi 3.014,19.     
Padahal, di bursa Wall Street, indeks Dow Jones masih mampu berakhir menguat tipis pada Rabu waktu New York, atau Kamis dini hari WIB. Meski demikian, investor juga bersikap hati-hati menjelang keputusan Federal Reserve.

Bank sentral AS itu diharapkan mengeluarkan kebijakan lanjutan terkait stimulus moneter untuk meningkatkan perekonomian.

Pada akhir transaksi di bursa AS itu, indeks Dow Jones ditutup naik 9,99 poin, atau 0,07 persen ke level 13.333,35. Sementara itu, indeks The Standard & Poor 500 berakhir menguat 3,00 poin, atau 0,21 persen menjadi 1.436,56. Indeks Nasdaq Composite juga terangkat 9,79 poin, atau 0,32 persen menjadi 3.114,31.

Sementara itu, di bursa domestik, ruang kenaikan bagi indeks harga saham gabungan (IHSG) yang kemarin ditutup menguat diproyeksikan relatif terbatas. Hari ini, IHSG diperkirakan bergerak bervariasi (mixed) dengan kecenderungan menguat terbatas pada kisaran 4.150-4.183.

Menurut analis PT Panin Sekuritas Tbk, Purwoko Sartono, pergerakan indeks masih akan dipengaruhi faktor eksternal. Selain faktor bursa regional dan hasil pertemuan The Fed, optimisme China untuk mencapai target pertumbuhan tahun ini sebesar 7,5 persen akan menjadi perhatian investor.

"PDB (produk domestik bruto) China diperkirakan mulai menanjak lagi pada kuartal terakhir tahun ini," ujar Purwoko dalam analisisnya. Rencana investasi infrastruktur di China yang baru, menurut dia, juga  akan menguntungkan ekspansi pada awal tahun depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar