Rabu, 19 September 2012

Terkurasnya Harta Orang Superkaya Asia

VIVAnews - Mengikuti perkembangan masyarakat super kaya tak pernah ada habisnya. Tumpukan harta yang terus meningkat seringkali menjadi inspirasi bagi masyarakat yang ingin meraih kesuksesan serupa.

Namun, kehidupan mewah tak serta merta dinikmati kalangan superkaya ini setiap saat. Ancaman berkurangnya kekayaan karena berbagai faktor senantiasa menghantui kalangan masyarakat dengan kekayaan hingga miliaran bahkan triliunan rupiah.

Ketakutan inilah yang kini sedang menghinggapi masyarakat kelas atas di dunia, terutama Asia. Laporan terbaru dari Wealth-X, perusahaan penasihat keuangan berbasis di 11 kota utama dunia, menunjukan harta kekayaan orang super kaya dunia biasa disebut  ultra high net worth (UNHW) dalam setahun terakhir mengalami penyusutan cukup dalam.

Definisi kalangan super kaya yang dibuat Wealth-X adalah masyarakat dengan harta kekayaan minimal senilai US$30 juta. Harta tersebut berasal dari kepemilikan saham di perusahaan publik dan tertutup, investasi properti, koleksi karya seni, pesawat, uang tunai, dan berbagai jenis aset lainnya.

Laporan Wealth-X memperlihatkan, sepanjang 1 Agustus 2011 hingga 31 Juli 2012, jumlah orang super kaya di dunia mencapai 187.380 orang dengan total nilai kekayaan US$25,8 triliun. Harta kekayaan kalangan jetset ini telah tergerus sebesar 1,8 persen dibandingkan setahun sebelumnya.

Namun, jumlah orang kaya dunia justru mengalami kenaikan sebesar 0,6 persen dibandingkan tahun 2011 sebanyak 186.345 orang.

Kawasan Amerika bagian utara masih menjadi penghasil orang super kaya dunia dengan jumlah 65.295 orang dan total harta kekayaan senilai US$8,88 triliun. Mengekor di belakangnya, Eropa sebanyak 53.440 orang (US$6,95 triliun), dan Asia 42.895 orang (US$6,25 triliun).

Sayangnya, dari sebaran kalangan masyarakat super kaya dunia tersebut, Chief Executive Officer (CEO) Wealth-X, Mykolas Rambus mengatakan, populasi masyarakat superkaya Asia justru menyusut paling banyak diantara kawasan lain yaitu sebesar 2,1 persen.

Penurunan terbesar jumlah orang kaya terjadi di tiga negara utama Asia yaitu China, Jepang, dan India yang menguasai 75 persen populasi orang superkaya Asia.

Di India, jumlah orang kaya turun terbanyak, tak hanya di Asia, tapi juga dunia. Sebanyak 485 orang kaya terlempar dari daftar orang superkaya.

Sementara itu, di Jepang yang merupakan rumah bagi 12.830 orang superkaya Asia, mengalami penurunan harta kekayaan hingga US$195 miliar. Anjloknya bursa saham kembali menjadi penyebab utama terkurasnya harta orang-orang kaya tersebut.

Faktor lainnnya adalah melemahnya pasar properti dan sektor manufaktur akibat bencana alam gempa bumi dan tsunami pada 2011. "Untuk jangka panjang, Asia masih menjadi kawasan yang paling banyak menciptakan orang kaya," kata Rambus. "Hal itu tak diragukan lagi."

Mengapa Terjadi

Rambus mengakui, pertumbuhan ekonomi Asia relatif tak tersentuh dampak krisis keuangan tahun 2008 yang menyebar ke berbagai belahan dunia. Sayangnya, Asia harus menerima imbas tak langsung dari krisis yang bersumber di Eropa dan Amerika Serikat tersebut.

Wealth-X menilai, faktor negatif yang menggerus pertumbuhan ekonomi Asia justru berasal dari faktor eksternal. Berkurangnya aktifitas ekspor akibat melemahnya daya beli dari pasar negara-negara barat menjadi unsur utamanya.

Risiko lain yang menyebabkan melambatnya pertumbuhan ekonomi Asia, dan berimbas pada kekayaan orang superkaya Asia, adalah arus masuk dan keluar dana asing yang sangat rapuh disertai volatilitas harga komoditas.

Tak hanya berhenti disitu. Pertumbuhan kredit yang melemah akibat makin ketatnya sistem perbankan juga ikut menambah berkurangnya peluang pertumbuhan kekayaan orang superkaya Asia.

Untuk mengatasi hal itu, negara-negara Asia pada akhirnya harus bergantung pada konsumsi domestik disamping pelonggaran kebijakan moneter.

Namun dari berbagai faktor yang membuat perlambatan ekonomi Asia, ambruknya kinerja sektor keuangan khususnya pasar modal adalah faktor terbesar yang menyebabkan berkurangnya harta kekayaan miliarder Asia.

Faktor dominan ini terlihat di bursa efek Jepang, Shanghai (China), dan India. Kondisi makin diperparah dengan melemahnya nilai tukar mata uang ketiga negara tersebut.

Indonesia Beruntung?

Di tengah berkurangnya jumlah populasi kalangan superkaya Asia, Indonesia justru mengalami kondisi berbeda. Selama setahun terakhir, jumlah orang kaya dengan nilai kekayaan lebih dari US$30 juta di tanah air, justru meningkat 4,7 persen menjadi 785 orang.

Wealth-X mencatat jumlah miliarder dengan rata-rata kekayaan minimal US$2 miliar kini sebanyak 25 orang. Sementara kalangan superkaya Indonesia berjumlah 380 orang dengan total kekayaaan mencapai US$120 miliar.

Peningkatan populasi tersebut diikuti bertambahnya harta kekayaan orang-orang kaya Indonesia. Hingga 31 Juli 2012, nilai kekayaan para miliarder nasional mencapai US$120 miliar. Jumlah itu naik 41,2 persen dibandingkan posisi 31 Agustus 2011 sebesar US$85 miliar.

Wealth-X menilai pertambahan jumlah orang superkaya Indonesia disebabkan pemodal asing yang mulai melirik sektor bisnis di tanah air. Belum maksimalnya pengolahan sumber daya alam, booming konsumsi domestik, dan iklim investasi yang bersahabat menjadi faktor pendorongnya.

"Namun kebijakan proteksionisme yang bertujuan meningkatkan pendapatan, mendorong investasi sekaligus melindungi pengusaha lokal, telah membuat pemodal asing sedikit khawatir," kata Rambus.

Dia menambahkan, demografis Indonesia yang didominasi masyarakat berusia dibawah 30 tahun, juga menjadi daya tarik bagi pertumbuhan konsumsi domestik. Belum lagi, kinerja bursa saham Indonesia yang tercatat terus mengalami kenaikan bahkan mencetak rekor tertinggi pada awal April lalu.

Menanggapi pertumbuhan populasi kalangan superkaya Indonesia, Direktur Utama PT Danareksa Investment Managemeny, Zulfa Hendri tak memungkiri hal tersebut. "Saya melihat di Indonesia, untuk investasi di pasar modal sangat bagus," katanya kepada VIVAnews.

Zulfa menjelaskan, berkurangnya jumlah kalangan superkaya di Asia dan sebagian kawasan di dunia, merupakan hal yang bisa dipahami. Para investor kemungkinan tengah menyisihkan sebagian dananya untuk menutupi dampak dari krisis keuangan yang melanda negaranya.

Kondisi bertolakbelakang justru terjadi di Indonesia. Pertumbuhan konsumsi domestik yang cukup tinggi membuat perekonomian nasional masih mengalami kenaikan signifikan.

Selama ini, lanjut Zulfa, kalangan superkaya Indonesia memang masih banyak menginvestasikan dananya di sektor properti. Hal itu tak terlepas dari kenaikan harga properti yang meningkat cukup tinggi selama beberapa tahun terakhir.

Apalagi kesempatan mereka untuk berinvestasi di sektor properti cukup terbuka.

"Dengan kondisi dunia yang sedang negatif, Indonesia mempunyai sistem perekonomian yang lebih baik. Jadi kalau dikatakan beruntung, itu persepsi dari masing-masing pihak," ujar Zulfa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar