Selasa, 18 September 2012

LTE, Jaringan Nirkabel dengan Pertumbuhan Tercepat

SINGAPURA, KOMPAS.com - Teknologi jaringan Long Term Evolution atau LTE diklaim sebagai jaringan nirkabel dengan pertumbuhan tercepat. Karena LTE mendapat banyak dukungan dari perusahaan penyedia alat dan solusi telekomunikasi, operator seluler, serta pembuat perangkat mobile.

Global mobile Suppliers Association (GSA) mendaulat LTE sebagai jaringan nirkabel dengan adopsi tercepat.

Hal senada juga diungkapkan lembaga riset Strategy Analytics, yang memprediksi ada 90 juta orang yang berlangganan LTE pada akhir tahun ini, dan 1 miliar orang pada 2017.

LTE diusulkan sebagai standar internasional oleh NTT DoCoMo dari Jepang pada 2004. Setelah melewati penelitian dan pengembangan oleh berbagai pihak, LTE pertama kali dikomersialkan untuk publik oleh operator seluler TeliaSonera di Stockholm dan Oslo pada 14 Desember 2009.

Setelah itu, beberapa negara maju memutuskan akan mengadopsi LTE.

Strategic Marketing Manager Ericsson, Warren Chaisatien mengatakan, operator seluler Telstra dari Australia mendeklarasikan diri akan menyelenggarakan LTE pada Maret 2010. Lalu pada September 2010, Telstra mulai mengkomersialkan LTE di Australia.

"Penyelenggaraan LTE di Australia tak hanya menguntungkan bagi industri telekomunikasi, tapi juga seluruh industri yang butuh akses internet super cepat," kata Warren yang berkantor di Australia.

Menurut data GSA yang dirilis September 2012, saat ini ada 96 operator seluler di 46 negara yang telah menawarkan jaringan LTE secara komersil. Di Asia Pasifik, ada 7 negara yang telah menyelenggarakan LTE, yakni Jepang, Korea Selatan, Hong Kong, Singapura, Australia, Filipina, dan India.

Kemudian, 347 operator seluler di 104 negara telah berkomitmen dan mulai melakukan investasi untuk infrastruktur LTE. Investasi ini bisa berupa uji coba atau penelitian dan pengembangan teknologi LTE.

Di Indonesia, 3 operator seluler (Telkomsel, Indosat dan XL Axiata) telah melakukan uji coba LTE.

Kebutuhan menyelenggarakan jaringan LTE juga disebabkan oleh meningkatnya penetrasi penggunaan smartphone dan tablet, yang makin sering dipakai untuk mengunduh aplikasi dan konten. Sehingga, operator seluler merasa perlu menambah kapasitas dan kecepatan akses data.

Di Singapura misalnya, penetrasi penggunaan smartphone mencapai 150% lebih. Sedangkan menurut data Ericsson ConsumerLab yang baru-baru ini dirilis, Singapura menempati posisi pertama dalam hal kepemilikan smartphone (penetrasi 74%) dan posisi kedua pada kepemilikan tablet (31% penetrasi) secara global.

Chaisatien mengatakan, pertumbuhan adopsi LTE lebih cepat 2 sampai 3 tahun dibandingkan 3G.

Dukungan lain terhadap LTE juga datang dari produsen smartphone dan tablet, yang mulai membuat produk dengan dukungan LTE. Hingga kini tercatat ada belasan smartphone yang mendukung LTE, termasuk iPhone 5 besutan Apple.

Namun, hampir semua perangkat yang mendukung LTE itu dibanderol dengan harga mahal, dan belum sepenuhnya mendukung jaringan LTE di seluruh frekuensi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar