Sabtu, 22 September 2012

"Gangnam Style" dan Sindiran Urban PSY

KOMPAS.com - Mungkin Anda tak kenal nama Park Jae-sang. Namun, kalau disebut ”Gangnam Style” yang dinyanyikan oleh PSY kemungkinan besar Anda tahu apa yang dimaksud. Video penyanyi rap Korea Selatan itu telah ditonton lebih dari 229 juta kali di YouTube sejak diunggah pertengahan Juli, dan angka itu terus naik.

Tak perlu kemampuan berbahasa Korea untuk menikmati tarian gaya naik kuda PSY dengan bagian refrain lagu yang mudah diingat, bahkan cenderung terus terngiang-ngiang itu.


Namun, di balik lagu yang terdengar lucu dan konyol itu ada narasi mengenai orang kaya baru di Korsel dan Gangnam, nama distrik makmur tempat sebagian besar dari mereka tinggal. Gangnam mungkin hanya sepotong kecil Seoul, tetapi kawasan itu menimbulkan campuran hasrat, iri hati dan kepahitan.

Gangnam saat ini adalah alamat paling didambakan di Korea. Namun, kurang dari dua generasi lalu kawasan itu hanya berisi rumah-rumah telantar yang dikelilingi tanah pertanian datar dan parit-parit drainase.

Distrik Gangnam, yang artinya ”sebelah selatan sungai”, hanya dihuni sekitar 1 persen dari total penduduk Seoul, tetapi hampir semuanya adalah orang kaya raya.

Apartemen di Gangnam rata-rata berharga sekitar 716.000 dollar AS (Rp 6,8 miliar). Dibutuhkan waktu sekitar 18 tahun bagi sebuah keluarga rata-rata di Korsel untuk mengumpulkan uang sebanyak itu.

Selama ini pusat kekuasaan pemerintah dan bisnis di Seoul terletak di sebelah utara Sungai Han, di kawasan sekitar istana kerajaan. Di sanalah para orang kaya lama tinggal.

Sejak 1970-an

Sementara Gangnam adalah tempat orang kaya baru, yakni orang-orang yang diuntungkan booming ekonomi yang dimulai pada era 1970-an.

Dengan meroketnya harga apartemen pada awal 2000-an, para pemilik tanah dan spekulan menjadi kaya raya dalam sekejap. Keluarga-keluarga kaya di distrik itu semakin kaya.

Banyak orang Korsel merasa terganggu karena warga Gangnam dianggap jadi kaya bukan karena mengikuti nilai-nilai tradisional Korsel, yaitu kerja keras dan pengorbanan, tapi sekadar beruntung karena tinggal di sepotong kawasan yang didambakan.

”Gangnam menimbulkan rasa iri hati dan tidak suka. Warga Gangnam adalah kelas atas Korsel, tapi orang Korsel menganggap mereka egois, tanpa rasa noblesse oblige,” kata Kim Zakka, kritikus musik pop di Seoul.

Dengan gaya yang konyol, lagu PSY membicarakan hal-hal itu. PSY dianggap jauh sekali dari gaya hidup Gangnam alias ”Gangnam Style”. ”Saya tidak tampan, saya tidak tinggi, saya tidak kekar, saya tidak kurus,” kata PSY baru-baru ini di acara TV AS, Today.

Lagu ”Gangnam Style”, menurut kritikus musik Baak Eun-seok, menggambarkan hubungan ”benci tapi rindu” masyarakat Korsel dengan Gangnam. Dengan gaya parodi dalam klip video lagu tersebut, PSY menyindir berbagai gaya hidup warga Gangnam, seperti tampil cantik atau tampan dengan operasi plastik, memakai segala jenis barang mewah, dan langsing karena mampu membayar pelatih yoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar