VIVAnews - Tuduhan Huawei sebagai alat mata-mata China
oleh kongres Amerika Serikat merugikan bisnis perusahaan telekomunikasi
ini di berbagai negara. Salah satunya adalah Kanada, yang mengeluarkan
Huawei dalam berbagai proyek pembangunan telekomunikasi.
Diberitakan Reuters,
Perdana Menteri Kanada Stephen Harper pada Selasa waktu setempat
mengatakan tidak akan menyertakan Huawei dalam proyek pembangunan
jaringan telekomunikasi. Kanada berdalih, langkah ini diambil demi
keamanan nasional.
Harper menegaskan, alasan keamanan ini juga
yang memungkinkan Kanada melakukan diskriminasi terhadap perusahaan yang
dianggap berbahaya dalam menjalankan proyek pengadaan telepon, email
dan data pemerintah. "Pemerintah akan memilih dengan hati-hati
perusahaan yang terlibat dalam pembangunan jaringan ini," kata Harper.
Huawei
sebelumnya pada 2008 telah memenangkan kontrak pembangunan jaringan
telekomunikasi operator lokal Telus Corp dan BCE Inc's Bell Canada.
Huawei juga telah menerima dana hibah C$6,5 juta dari pemerintah
provinsi Ontario menyusul investasi C$67 juta dari Huawei untuk
penelitian dan pembangunan komunikasi di Kanada.
Perusahaan yang
berpusat di Shenzen memiliki 130 ahli di fasilitas riset dan
pengembangan di Ottawa dan sekitar 300 karyawan pada kantor pusat mereka
di Markham, Ontario. Huawei juga telah melakukan pengadaan
telekomunikasi bagi beberapa perusahaan Kanada yang nilainya mencapai
C$400 juta (Rp3,9 triliun).
Selain Kanada, negara lain yang
memutus kerja sama dengan Huawei adalah Australia. Negeri Kangguru ini
melarang Huawei untuk ikut dalam proyek pembangunan jaringan broadband negara tersebut senilai US$38 miliar.
Kongres Amerika Serikat dalam laporan rekomendasi mereka pada Senin waktu setempat mengatakan bahwa Huawei dan ZTE adalah alat mata-mata China. Menurut laporan kongres AS, Huawei dan ZTE telah mencuri teknologi AS dan memberikannya pada militer China.
Pemerintah
China membantah dengan mengatakan tuduhan itu tidak berdasar dan
mengancam kerja sama masa depan dengan AS. "Tuduhan mereka didasarkan
pada spekulasi subyektif dan pondasi yang salah," kata Shen Danyang,
juru bicara Departemen Perdagangan China.
Juru bicara Kementerian
Luar Negeri China, Hong Lei, mengatakan, "Kami berharap kongres AS
dapat mengenyampingkan prasangka, menghargai fakta dan berbuat lebih
banyak dalam mempromosikan hubungan dagang AS-China, bukan malah
sebaliknya," kata Hong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar