JAKARTA, KOMPAS.com - Meski sama-sama mengusung kata
"Ultra" dan mengedepankan konsep tipis, pihak AMD mengatakan bahwa
konsel notebook tipis Ultrathin buatannya berbeda dari kategori laptop
tipis Ultrabook milik Intel.
"Kami tidak menerapkan peraturan
yang ketat soal spesifikasi laptop Ultrathin," ujar Ryam Sim, General
Manager AMD Far East Ltd untuk Kawasan ASEAN yang menjabat sementara
sebagai Country Head AMD Indonesia ketika ditemui di Jakarta.
Ultrathin
adalah kategori notebook tipis yang menggunakan prosesor AMD A-series
APU yang juga dikenal dengan kode nama "Trinity".
Untuk
membedakan Ultrathin dari Ultrabook, AMD memilih segmen pasar yang
berbeda dengan membanderol Ultrathin lebih murah dari pesaingnya.
"Kami
tak mau muluk-muluk soal target penjualan. Harga kisaran 999 dollar AS
yang dipatok pesaing terlalu tinggi buat pasar di sini yang sensitif
harga. Sebaliknya kami berharap bisa ada Ultrathin seharga 599 dollar AS
atau kurang, sehingga value for money-nya lebih tinggi" ungkap Sim.
Kendati
murah, Sim mengatakan bahwa Ultrathin tetap memiliki kelebihan
tersendiri dibanding kompetitor. "Terutama dari segi pemrosesan grafis
yang lebih kencang dan daya tahan baterai."
Dia menjanjikan
jumlah notebook Ultrathin di pasaran Indonesia akan bertambah ramai
sebelum akhir tahun ini dengan model-model dari 2 atau 3 vendor.
Notebook Ultrathin pertama kali dihadirkan di Tanah Air oleh Samsung
dengan Series 5 Notebook.
Soal pasar komputer yang sedang lesu,
termasuk di Indonesia, Sim menyatakan optimis penjualan notebook dan PC
bisa bangkit kembali. "Saat ini kelesuan bukan hanya disebabkan oleh
pergeseran ke tablet dan perangkat mobile saja, namun juga faktor lain seperti krisis ekonomi Eropa."
Sistem
operasi terbaru Microsoft Windows 8 juga dikatakannya sebagai salah
satu faktor penyebab turunnya penjualan komputer. "Semuanya menunggu
Windows 8. Tetapi nanti setelah diluncurkan, sistem operasi ini bakal
menjadi pendorong pasar."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar