VIVAnews
- Sebuah kecelakaan pesawat tragis terjadi di Nepal, Jumat 28 September
2012. Tak ada yang selamat, 19 orang kru dan penumpang di dalamnya
tewas. Diduga, tragedi nahas itu disebabkan tabrakan dengan burung,
bahaya primitif yang terus menimbulkan ancaman besar, bahkan untuk
pesawat paling modern sekalipun.
Pesawat kecil berbaling-baling kembar (twin-propeller) jatuh hanya beberapa menit setelah lepas landas dari Kathmandu menuju wilayah Puncak Everest. Meski penyebab pasti kecelakaan belum dipastikan, seperti dilaporkan BBC, pilot sempat melapor pada pengendali lalu lintas udara, bahwa pesawat telah menabrak burung bangkai. Diduga setelah tabrakan itu, pesawat menjadi tak terkendali.
Dilansir Life's Little Mysteries, tabrakan dengan burung adalah fenomena yang umum. Menurut Federal Aviation Administration (FAA), pada 2011 dilaporkan 28 insiden tabrakan dengan satwa setiap harinya di AS, 97 persen melibatkan burung, sisanya dengan hewan darat di landasan.
Antara tahun 1988 hingga 2011, tabrakan pesawat dengan satwa membunuh lebih dari 231 orang dan merusak 220 pesawat secara global.
Hal yang nampaknya ganjil, bagaimana seekor burung bisa menjatuhkan baja terbang yang beratnya berton-ton, seringkali dijelaskan akibat kecepatan yang luar biasa dari pesawat terbang.
Pesawat kecil berbaling-baling kembar (twin-propeller) jatuh hanya beberapa menit setelah lepas landas dari Kathmandu menuju wilayah Puncak Everest. Meski penyebab pasti kecelakaan belum dipastikan, seperti dilaporkan BBC, pilot sempat melapor pada pengendali lalu lintas udara, bahwa pesawat telah menabrak burung bangkai. Diduga setelah tabrakan itu, pesawat menjadi tak terkendali.
Dilansir Life's Little Mysteries, tabrakan dengan burung adalah fenomena yang umum. Menurut Federal Aviation Administration (FAA), pada 2011 dilaporkan 28 insiden tabrakan dengan satwa setiap harinya di AS, 97 persen melibatkan burung, sisanya dengan hewan darat di landasan.
Antara tahun 1988 hingga 2011, tabrakan pesawat dengan satwa membunuh lebih dari 231 orang dan merusak 220 pesawat secara global.
Hal yang nampaknya ganjil, bagaimana seekor burung bisa menjatuhkan baja terbang yang beratnya berton-ton, seringkali dijelaskan akibat kecepatan yang luar biasa dari pesawat terbang.
Energi kinetis
Meski massa burung atau
hewan kecil, namun makin cepat pesawat itu terbang, makin besar energi
kinetis yang dihasilkan. Bahkan burung dengan berat beberapa kilo cukup
kuat untuk menyebabkan kegagalan mekanik dalam mesin pesawat.
Sesuai rumus energi kinetis, misalnya, angsa Kanada seberat 5,5 kilogram, yang menabrak pesawat yang melaju dengan kecepatan 240 kilometer per jam, akan menghasilkan energi kinetik seberat 450 kilogram, yang jatuh dari ketinggian 3 meter. Demikian menurut Bird Strike Committee AS.
Burung bangkai, seperti yang diduga terkait kecelakaan di Nepal, tidak seberat angsa, namun ia masih masuk daftar burung yang berbahaya untuk pesawat.
FAA membuat peringkat bahaya dari 108 spesies burung, nasar hitam dan burung bangkai kalkun di tempat kedua dan keempat. Dua spesies burung bangkai itu menyumbang 518 tabrakan di Amerika Serikat antara tahun 1988 dan 2011. Sementara, angsa salju disebut memiliki tingkat bahaya tertinggi dan bebek Pintail Utara ada di posisi ketiga.
Bandara AS sekarang mengambil langkah-langkah untuk mencegah serangan burung, termasuk menghilangkan vegetasi di dekat landasan dan kadang-kadang menggunakan anjing dan elang untuk mengusir populasi burung. Meski begitu, fenomena tabrakan terus meningkat selama dua dekade terakhir.
Mungkin karena laporan yang makin banyak, tapi FAA berpendapat, ada faktor lain, termasuk peningkatan populasi dari banyak spesies burung besar yang biasa menabrak pesawat, peningkatan lalu lintas penerbangan, dan kemajuan teknologi yang membuat suara mesin jet lebih tenang, yang sulit dideteksi dan dihindari burung.
Sesuai rumus energi kinetis, misalnya, angsa Kanada seberat 5,5 kilogram, yang menabrak pesawat yang melaju dengan kecepatan 240 kilometer per jam, akan menghasilkan energi kinetik seberat 450 kilogram, yang jatuh dari ketinggian 3 meter. Demikian menurut Bird Strike Committee AS.
Burung bangkai, seperti yang diduga terkait kecelakaan di Nepal, tidak seberat angsa, namun ia masih masuk daftar burung yang berbahaya untuk pesawat.
FAA membuat peringkat bahaya dari 108 spesies burung, nasar hitam dan burung bangkai kalkun di tempat kedua dan keempat. Dua spesies burung bangkai itu menyumbang 518 tabrakan di Amerika Serikat antara tahun 1988 dan 2011. Sementara, angsa salju disebut memiliki tingkat bahaya tertinggi dan bebek Pintail Utara ada di posisi ketiga.
Bandara AS sekarang mengambil langkah-langkah untuk mencegah serangan burung, termasuk menghilangkan vegetasi di dekat landasan dan kadang-kadang menggunakan anjing dan elang untuk mengusir populasi burung. Meski begitu, fenomena tabrakan terus meningkat selama dua dekade terakhir.
Mungkin karena laporan yang makin banyak, tapi FAA berpendapat, ada faktor lain, termasuk peningkatan populasi dari banyak spesies burung besar yang biasa menabrak pesawat, peningkatan lalu lintas penerbangan, dan kemajuan teknologi yang membuat suara mesin jet lebih tenang, yang sulit dideteksi dan dihindari burung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar