Selasa, 13 November 2012

"Fiscal Cliff" Tekan Harga Minyak

NEW YORK, KOMPAS.com - Harga minyak mentah sedikit lebih rendah pada Senin (12/11/2012) waktu setempat (Selasa pagi WIB), karena sikap hati-hati menjelang fiscal cliff AS yang mulai efektif 1 Januari.

Para pedagang juga hati-hati karena Yunani sedang menunggu keputusan Uni Eropa tentang pencairan pinjaman tahap berikutnya  untuk menghindari gagal bayar (default).

Kontrak berjangka minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) di New York untuk pengiriman Desember, turun 50 sen dari tingkat penutupan Jumat, mengakhiri sesi di 85,57 dollar AS per barel.

Sementara dalam perdagangan di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Desember turun 33 sen menjadi 109,07 dollar AS per barel.

"Minyak mentah tetap rumit di dalam kekuasaan dua kawasan, yang berasal dari ’fiscal cliff’ AS dan krisis utang euro," kata Matt Smith dari Summit Energy.
    
Sementara Kongres AS tetap terbagi setelah pemilu pekan lalu, dengan Demokrat menguasai Senat dan Partai Republik menguasai DPR, menggarisbawahi tantangan dalam mencapai kompromi untuk menghindari "fiscal cliff" akhir tahun ini dari pemotongan belanja dan kenaikan pajak yang diperkirakan bisa berujung perekonomian kembali ke dalam resesi.

Yunani juga mengkhawatirkan pasar, karena para menteri keuangan zona euro masih berdebat, tentang apakah Athena telah memenuhi ketentuan yang ditetapkan kreditur internasional untuk memperoleh dana talangan guna mencegah bencana gagal bayar utang negara.

Namun, Smith dari Summit Energy menyebutkan, ketegangan di Timur Tengah, khususnya di Israel, menahan penurunan harga minyak. Israel mengatakan, pasukannya menembakkan peluru tank ke Suriah, Senin.

Harga minyak juga terpukul oleh berita bahwa ekonomi Jepang menyusut pada kuartal Juli-September, namun penurunannya dibatasi oleh bukti bahwa permintaan energi China menguat.

Para pedagang mengatakan, pasar juga tertekan lebih rendah setelah Badan Energi Internasional (IEA) memproyeksikan Amerika Serikat akan menjadi produsen minyak utama dunia pada 2020.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar