Jumat, 16 November 2012

Buruh dan Era Investasi


KOMPAS.com - Buruh adalah kunci pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ini bukan basa-basi. Ini adalah pusaka yang sayangnya belum dirawat seoptimal mungkin.

Dengan produk domestik bruto (PDB) tahun 2012 sekitar 800 miliar dollar AS, Indonesia merupakan negara dengan kekuatan ekonomi ke-16 di dunia. Tahun 2025, Indonesia diperkirakan naik ke peringkat ke-10.

”Peringkat ke-6 saja, kalau mau, bisa,” kata Sekretaris Jenderal Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) Angel Gurria pada suatu kesempatan.

PDB adalah salah satu alat ukur pertumbuhan ekonomi suatu negara yang dibentuk oleh enam sumber pertumbuhan. Sumber pertumbuhan itu adalah konsumsi domestik, belanja pemerintah, pembentukan modal tetap bruto atau investasi, dan selisih ekspor-impor.

Selama ini, konsumsi domestik menjadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun mulai tahun 2013, pendulum bergeser ke investasi. Dengan skenario pertumbuhan ekonomi 6,8 persen, investasi diharapkan menjadi penyumbang utama dengan pertumbuhan 11,9 persen.

Dengan 240 juta jiwa penduduk dan sekitar 50 juta jiwa di antaranya adalah kelas menengah yang sedang tumbuh, Indonesia adalah pasar yang atraktif. Apalagi, dominasi usia produktif memberikan dividen demografi.

Dari segi sumber daya alam, Indonesia punya kelimpahan. Sejauh ini, pemanfaatannya masih kurang dari 20 persen. Artinya, ruang ekspansi masih terbentang luas, baik dari sisi sektor maupun geografis.

Sementara itu, situasi internasional masih gamang akibat krisis di Eropa dan Amerika Serikat. Kondisi ini dalam beberapa hal ikut mendorong arus modal ke negara berkembang dengan pendapatan menengah, seperti Indonesia.

Era investasi itu sudah di depan mata! Dan, investasi itulah arus utama yang akan membawa kapal Indonesia melaju sampai tahun 2025 sebagai negara dengan kekuatan ekonomi terbesar ke-10 atau bahkan ke-6 di dunia.

Tahun ini, investasi tumbuh signifikan. Dari data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi tahun 2011 senilai Rp 251,3 triliun dari target Rp 240 triliun. Sementara target tahun 2012 senilai Rp 290 triliun, realisasi Januari-September sudah Rp 229,9 triliun atau 81 persen.

BKPM optimistis investasi akan tembus Rp 300 triliun. Ini tidak termasuk realisasi investasi di sektor perbankan, pasar modal, dan energi, yang tidak masuk catatan BKPM. Nilainya jauh lebih besar karena porsi di BKPM hanya 16-17 persen.

Namun ingat, investasi selalu menawarkan dua pilihan. Pertama, investasi tanpa daya guna. Semata-mata Indonesia menjadi obyek eksploitasi tanpa kontrol dan tanpa nilai tambah untuk kepentingan nasional. Sumber daya alam yang dikeruk hanya dikonversi menjadi pajak yang nilainya kecil.

Kedua adalah investasi berdaya guna. Investasi yang memanfaatkan sumber daya alam menjadi industri yang bernilai tambah. Ini mutlak mensyaratkan faktor sumber daya manusia karena investasi butuh tenaga terampil dan berpendidikan untuk berkompetisi. Investasi butuh ilmuwan, insinyur, dan ahli-ahli lain. Dalam konteks ini, buruh menjadi kunci.

Salah satu tantangan adalah rata-rata produktivitas buruh di semua sektor masih sangat rendah. Perbandingannya, kontribusi buruh di Indonesia terhadap PDB adalah 6.000 dollar AS, sedangkan di Malaysia 14.000 dollar AS.

Perlu ditekankan, produktivitas buruh tidak semata-mata ada di tangan buruh. Namun dalam banyak hal, penyebabnya ada di luar buruh, misalnya mesin produksi yang umumnya ketinggalan zaman dan transfer teknologi yang tidak jalan.

Sekali lagi, kini eranya investasi. Rapor merah inefisiensi di birokrasi dan infrastruktur memang harus cepat dibirukan. Namun, buruh adalah pusaka yang mendesak untuk dirawat secara optimal. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar